Alert !!! Postingan ini hanya untuk orang-orang yang sedang mencari rekomendasi tempat wisata anti mainstream di Kota Medan. Untuk orang-orang yang sudah bosan dengan mall, cafe, gedung-gedung (tidak terlalu) tingginya Kota Medan dan untuk orang-orang yang mungkin sedang mencari ide atau inspirasi tempat wisata untuk membawa tamu dari luar kota.
Tidak hanya menjadi sarana hiburan, tapi juga edukasi bersama keluarga serta oh ya satu lagi, tempat ini juga bisa menjadi sarana uji nyali. π
Mungkin sudah terbaca dari judulnya juga, tempat yang saya maksud adalah sebuah penangkaran buaya Asam Kumbang yang berlokasi tidak jauh dari pusat kota Medan yaitu di Jl Bunga Raya II, Asam Kumbang.
Menurut sejarahnya, penangkaran yang berada di lahan seluas 2 Hektare ini didirikan dalam unsur ketidak sengajaan, pendirinya Bpk Lo Than Muk yang memang penyuka dan kolektor Reptil mendapat dorongan dari orang-orang sekelilingnya untuk membuka penangkaran secara umum karena koleksinya yang sudah cukup banyak dan bisa dijadikan menjadi sarana edukasi untuk belajar tentang dunia reptil khususnya Buaya bagi orang-orang yang datang kesana. Pada tahun 1959, Lo Than Muk resmi membuka Penangkaran Asam Kumbang dengan 12 koleksi buaya nya pada saat itu. Saat ini, 60 tahun setelah diresmikan, koleksinya sudah mencapai 2800 ekor dan terdapat 78 bak penangkaran buaya. Buaya terbesar dan tertua disini adalah buaya yang berumur 47 tahun dengan panjang 5 meter. Untuk kebutuhan makanan seluruh buaya disini, Paling tidak dibutuhkan 1 ton daging segar untuk mencukupi kebutuhan makanan harian para satwa disini. Daging-daging ini merupakan daging ayam dan bebek yang disuply dari ternak warga sekitar atau hasil penjualan yang dikelola oleh pihak pengelola yang dibeli oleh wisatawan. Jenis buaya di penangkaran ini yaitu buaya Senyulong dan buaya Muara, jenis buaya yang familiar di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Penangkaran ini juga dinobatkan sebagai penangkaran buaya terbesar di ASEAN. *Wohh* Menarik bukan ?
Harga Tiket
Tidak perlu cemas, untuk tempat wisata yang antimainstream seperti ini, harga tiket masuknya sangat affordable, yaitu 10.000/org untuk saat ini di tahun 2018.
Activity
Selain untuk melihat-lihat, mendengar penjelasan-penjelasan edukasi tentang dunia reptil dari pawang atau petugas penangkaran, disini wisatawan juga diberikan kesempatan untuk bisa berfoto dan memberi makan para buaya. Untuk berfoto langsung dengan buaya dikenakan biaya tambahan yaitu 50.000 sekali foto, tidak perlu khawatir karena akan didampingi oleh pawang yang sudah profesional dan terlatih. Untuk memberi makan buaya, bisa dilakukan dengan membeli daging segar seperti bebek atau ayam seharga 35,000/kg. Pemberian makan dilakukan dengan tekhnik melempar yang benar dan dipandu oleh pawang yang sudah profesional dan terlatih.
Bagaiamana menurut kalian teman-teman ? Sebuah destinasi yang menarik bukan ? datang kemari bersama keluarga atau teman-teman tentu akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Selain bisa belajar banyak dan menambah pengetahuan baru, disini kalian juga bisa berlatih menghadapi buaya asli sebelum menghadapi buaya darat nantinya di dunia nyata. HAHAHA. bagian terkahir hanya canda ya sahabat.
Saya kesini sudah 3x, pertama kali bersama keluarga dan kedua kalinya membawa tamu dari luar kota. Meskipun sudah 3x datang, rasanya tidak pernah membosankan dan selalu belajar hal baru setiap kali datang.
So, i hope you guys can feel the same experience.
Sekian cerita-cerita kali ini, sampai bertemu di perjalanan selanjutnya..
adios..... !!!
0 Comments