Bagi warga Sumut dan sekitarnya, Siapa yang suka bilang kalau mau liburan ke Berastagi atau Kabanjahe udah bosen, karena destinasi wisata yang itu lagi itu lagi ? Coba unjuk jarinya ? hahaha..Eits tapi sekarang tak perlu bersedih lagi karena kini kulit manggis ada ekstraknya karena sudah ada yang baru dari Kabanjahe yaitu…*drumroll* Madu Efi. Sedikit, saya akan membagikan pengalaman beberapa waktu lalu saat mengunjungi tempat ini.
Berada di perbukitan Puncak 2000 Desa Siosar, Kabanjahe desa Kacinambun. Dengan luas 28 hektar, disinilah berlokasi sebuah tempat wisata baru yang sedang menjadi pembicaraan hangat khusunya bagi warga warga kota Medan. Pada awalnya Madu Efi, sesuai dengan namanya adalah sebuah pertenakan lebah yang tidak direncanakan oleh pengelolanya Felix Zulendri dan Erica Yip ini untuk menjadi tempat wisata, terdiri dari 7 cluster pertenakan disini dengan 15-20 koloni lebah yang memproduksi madu di setiap clusternya , lalu kemudian mulai dikembangkan menjadi pertenakan sapi, kuda dan perkebunan organic. Kini Madu Efi berkembang menjadi Agrowisata baru, yang tak hanya menawarkan pemandangan ciamik tapi juga edukasi mengenai pengelolaan berbagai jenis pertenakan. Dengan hanya membayar biaya retribusi 5 ribu rupiah per orang, kita sudah bisa menikmati tempat ini.
Hal pertama yang terlintas dibenak saya begitu sampai ditempat ini adalah Flower is in eveywhere. Taman yang terdiri dari bunga-bunga bewarna warni dari berbagai jenis dan dengan latar belakang Gunung Sinabung mempercantik tempat ini dengan apik. Sesaat saya langsung ingin menghempaskan diri di antara bebungaan itu seperti yang dilakukan Incess, untungnya niat itu saya urungkan karna tak mau membuat para lebah murka.
Selain bunga-bunga yang menjadi perhatian utama, terdapat beberapa hal lainnya yang menarik perhatian dari tempat ini, yaitu tersedianya komplek kecil yang berisi pondok pondok yang terdapat tenda camping di setiap pondoknya. Iyap, kalian tidak salah baca, kalian bisa bermalam dan merasakan pengalaman camping ala ala di Madu Efi, kenapa camping ala ala ? karena satu, kalian tak perlu repot repot membawa tenda sendiri, kedua, kalian tak perlu takut kena hujan jika cuaca memburuk karena tendanya berada di pondok yang mana bangunan pondoknya cukup solid untuk melindungi dari cuaca buruk. Menyenangkan bukan, merasakan pengalaman camping di alam terbuka dengan view Gunung Sinabung membentang, tapi tak perlu repot atau khawatir dengan keamanan dan keselamatan. Sempat bertanya kepada petugasnya kemarin, untuk merasakan pengalaman ini, cukup membayar 300K/malam untuk satu tenda yang bisa diinapi oleh maksimal 2 orang. Tertarik ?
Karena saya dan teman teman memutuskan untuk tidak menginap, maka aktivitas-aktivitas yang kami lakukan untuk menikmati tempat ini adalah dengan duduk duduk di cafe sambil memesan indomie kuah dan segelas teh manis hangat sambil menikmati pemandangan indah yang membentang dengan angin sejuk yang berhembus. Duh, kalau sudah begini, Nikmat Tuhan mana lagi, yang sanggup kita dustakan, benar ? Semoga kita bisa menjadi orang orang yang senantiasa bersyukur dan selalu diberikan kesehatan untuk menikmati hal hal indah lainnya. Karena kata seorang bijak, pergilah jauh, lihatlah yang indah indah agar kau senantiasa selalu bersyukur dengan KebesaranNya. *MendadakTulisanperjalananBerubahmenjadiKultumSubuh :)))
Selain bersantai di cafe, aktivitas lain yang bisa dilakukan adalah BERFOTO. Sengaja saya Bold dan menggunakan huruf kapital karena pecayalah, kalian akan menggila untuk berfoto disana sini, seperti yang saya dan teman teman (engga cuma yang perempuan ya tapi yang lelaki juga ga kalah hebohnya) untuk berfoto, heboh karena banyak spot foto ciamik nan Instagramable. Mulai dari dikawasan taman bunga yang dilengkapi lorong lorong khas vintage bewarna putih, kawasan tenda, sudut dengan latar belakang gunung sinabung atau dikawasan pertenakan. Silahkan pilih dan foto sepuasnya untuk kebutuhan konten sosial media yang tak bisa dihindarkan. hahaha
Sebenarnya selain hanya leyeh leyeh santai dan berfoto, banyak sekali aktivitas lain yang bisa diikuti di tempat ini seperti, Tour ke pertenakan lebah, kuda atau sapi seperti yang sudah saya sebutkan diatas. Namun sayang, saat kami datang kemarin, kebetulan sedang tidak ada jadwal tour ke pertenakan yang tersedia, jadi memang, untuk tour ke pertenakan sendiri memiliki jadwal jadwal tertentu melihat dari kondisi hewan-hewan itu sendiri, khususnya untuk pertenakan lebahnya, tentu tidak bisa sembarangan untuk bisa melihatnya demi keamanan. Untuk hasil pertenakan lebahnya sendiri, yaitu Madu bisa kita beli dengan berbagai pilihan ukuran tersedia.
So yeah .. Kini, kita punya Madu Efi yang menawarkan alternatif baru untuk melakukan gateaway singkat dari hiruk pikuknya kota, walau sesaat, menyenangkan bisa memberikan asupan nutrisi bagi mata dan fikiran dengan menikmati yang asri dan menghirup udara yang masih segar. Kalau ditanya apakah saya berminat kembali ? Tentu, karena saat kunjungan kemarin saya belum sempat bertemu dengan si Ratu Lebah.
So, queen bee, waiting for me, okay ?
-Tabiq
0 Comments